Jumat, 24 Februari 2017

Sinergi Petani & Pemerintah Diperlukan untuk Mengendalikan Hama Wereng Coklat

Nilaparvata lugens Stal. atau yang lebih dikenal dengan wereng coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang menjadi penyebab gagal panen para petani. Hama ini merugikan para petani karena menghisap cairan sel tanaman padi sehingga menyebabkan gejala hopperburn pada tanaman padi bahkan dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso. Pada tahun 2010, serangan hama ini bahkan menjadi kejadian luar biasa (KLB) secara Nasional. Serangan wereng coklat di tahun 2010 merusak 128738 ha lahan sawah dan 4602 ha di antaranya mengalami puso. Rata-rata kehilangan hasil panen pada saat itu mencapai 1-2 ton/ha. Pada tahun 2010 pula wereng colat mentransfer virus pada tanaman padi yaitu virus kerdil hampa (VKH), virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-1), serta virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT-2).

Serangan hama wereng coklat diakibatkan oleh populasi wereng coklat tinggi. Tingginya populasi wereng coklat dipengaruhi oleh pola tanaman yang tidak serempak, penanaman varietas yang rentan terhadap serangan hama, pemupukan yang tidak berimbang (terlalu banyak menggunakan pupuk N), pengairan yang selalu menggenang sepanjang fase pertumbuhan tanaman padi, perubahan biotipe wereng coklat & laju pertumbuhan instrinsik yang tinggi, kurangnya pengendalian dini & monitoring di daerah hot spot, serta hilangnya rantai makanan wereng coklat secara ekologi.

Pengendalian hama wereng coklat memerlukan sinergi dari semua pihak. Pengelolaaan pertanaman padi di lapangan perlu memperhatikan daerah hama ganda. Pada daerah-daerah tersebut perlu adanya rekadaya penanggulangan hama wereng dengan menanam varietas tahan hama, waktu tanam yang tepatm pergiliran varietas, serta manipulasi musuh alami. Pola pertanaman padi para petani harus serempak agar tidak terjadi migrasi hama wereng yang merugikan. Monitoring terhadap perkembangan hama wereng di pertanaman padi secara berkala dapat menentukan tindakan penanganan hama yang tepat dan lebih efektif. Pengendalian hama secara dini dapat mengurangi resiko kerugian akibat serangan hama wereng coklat. Ledakan hama wereng dapat diatasi dengan melakukan pengendalian tuntas pada generasi pertama (dalam jangka waktu 20 hari) ketika populasi hama wereng coklat masih berjumlah 146 ekor atau selambat-lambatnya sebelum generasi kedua (dalam jangka 40 hari) ketika populasi hama wereng masih berjumlah 5015 ekor. Pengamatan dini keberadaan wereng coklat di area persawahan dapat dilakukan dengan pemasangan lampu perangkap.

Sinergi penanggulangan antara petani dengan petugas penyuluh lapang (PPL)/pemerintah mutlak perlu dilakukan. Para PPL harus selalu berkordinasi dan membimbing para petani untuk mewaspadai migrasi wereng coklat dan La Nina saat hujan berkepanjangan. Pada saat La Nina curah hujan dan kelembaban tinggi sedangkan temperatur udara rendah. Pada kondisi hangat seperti ini perkembangbiakan wereng coklat relatif tinggi. Informasi cuaca yang akurat dan tersampaikan kepada petani secara tepat waktu dapat mengurangi kerugian akibat serangan hama wereng coklat karena petani dapat melakukan tindakan preventif juga pengendalian hama wereng secara tepat dan lebih bijak.


sumber : Agroinovasi Badan Litbang Pertanian 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar